Teya Salat
HomeBlog

Namaku Anton, dan malam ini aku dan istriku melakukan hubungan intim dengan penuh gairah dan nafsu. Aku mengentot istriku dengan ganas hingga istriku melenguh-lenguh keenakan. Setelah menonton rekaman video itu, aku seolah ingin menghapus jejak keberadaan kontol pemuda itu dari memek istriku. Dan aku merasakan memek istriku jauh lebih basah dan merespon lebih dari biasanya. Aku merasa kalau dinding memek istriku menjempit kontolku jauh lebih kuat saat ini. Ini adalah seks terbaik dalam hidupku.

Karena itu ketika selesai melakukannya, aku langsung saja tidur karena aku merasa sanga lemas dan kelelahan setelah menggempur istriku dengan berbagai teknik yang aku tahu.

Selama 3 hari di Bali, tiba akhirnya untuk kami pulang. Banyak hal yang terjadi ketika kami di sana, tapi aku tak ingin memikirkannya lagi. Setelah perjalanan panjang menggunakan pesawat, kami tiba juga di rumah kami tercinta yang sederhana. Ketika sampai di rumah, hal pertama yang kami lakukan adalah menelpon kenalan-kenalan kami dan menyuruh mereka datang ke rumah untuk membagikan oleh-oleh untuk mereka. Seperti Jaka dan pak Tito misalnya. Namun aku lupa kalau mereka masih bekerja saat ini. Jadi mungkin sebaiknya aku memberikan oleh-olehnya ketika aku masuk kerja besok saja.

Jadi sementara itu aku mungkin sebaiknya membagikan oleh-oleh untuk tetangga kami dulu.

"Ini untuk tetangga di sekitar rumah kita. Ini untuk pak RT dan bu RT."

Istriku saat ini tampak sibuk merapikan barang-barang bawaan kami.

"Kalau begitu biar aku yang mengantarkan oleh-oleh untuk keluarga pak RT. Kamu antarkan yang untuk tetangga dekat rumah saja."
"Eh, istirahat saja dulu. Kan baru sampai. Emangnya gak capek?"
"Tak apa. Lagipula kan selama di pesawat kita sudah duduk lama."
"Iya sih, tapi setidaknya minum dulu lah."
"Tidak usah. Nanti saja ketika pulang. Tidak akan lama kok."
"Ya udah. Cepat balik ya."
"Siap, nyonya muda!"

Sambil membawa sekeresek barang, aku pun kemudian pergi ke rumahnya pak RT. Orang yang menjadi RT di wilayah kami terkenal memiliki sifat yang sederhana dan ramah. Meskipun ia miskin, tapi beliau sangat dihormati dan dituakan di kawasan komplek ini. Makanya beliau ditunjuk sebagai ketua RT di sini.

Rumah RT kami masihlah rumah yang berdindingkan anyaman bambu, berbeda dengan rumah di sekitarnya yang sudah bertembok semen. Karena itu rumah tersebut tidak memiliki bel dan aku harus mengetuk pintu rumahnya untuk mengucapkan salam.

"Permisi.. pak RT! Ini saya Anton! Pak RT ada di rumah?"

Tapi aku tak mendapatkan jawaban. Dan aku pun mengetuk pintu lagi, kali ini lebih keras.

"Permisi pak RT!"
"Ya sebentar.."

Yang menjawab bukanlah suara laki-laki, melainkan suara perempuan. Dan suara itu tampak datang dari belakang dan terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru mendekat ke pintu depan. Tak berapa lama pintu depan pun terbuka.

"Permisi bu R-T?!"

Terlihat sosok bu RT lah yang membukakan pintunya. Namun yang membuatku terkejut bukanlah karena yang membukakan pintu itu adalah bu RT, melainkan karena saat ini bu RT sedang dalam keadaan setengah telanjang. Ia hanya mengenakan handuk dan terlihat tubuhnya masih basah dan sedikit bersabun.

Bu RT berkulit sawo matang dan memiliki tubuh yang agak gemuk. Namun hal itu membuat kulitnya tampak lebih muda dan kencang meskipun usianya sudah separuh baya. Aku bisa melihat belahan dadanya yang lurus memanjang ke bawah menjadi ciri kalau ia memiliki dada yang besar namun sudah agak menggantung karena usianya. Tapi hal itu tak menurunkan tingkat keseksiannya saat ini karena tubuhnya dalam kondisi basah dan bersabun.

"Oh dek Anton. Ada urusan apa datang kemari?"
"I-ini bu RT, saya mau nganter oleh-oleh.."
"Oh, oleh-oleh dari Bali ya? Kalau begitu silakan masuk.."
"Ti-tidak usah, nampaknya bu RT juga sedang sibuk kan?"
"Sibuk? Sibuk apanya?"

Mataku tak bisa lepas dari belahan dadanya yang memanjang ke bawah. Dan tampak kini bu RT pun menyadari tatapanku ke arah belahannya.

"Kamu kenapa lihatin toketku terus?"
"E-eh, maaf."
"Sudah masuk dulu. Kelamaan diluar, nanti ada yang lihat."

Bu RT menarikku ke dalam rumah kemudian menutup pintunya.

"O-oh ya, pak RT mana? Kok gak kelihatan?"
"Bapak sedang ke sawah."
"O-ooh.."

Jadi dengan kata lain, saat ini bu RT hanya sendirian di rumah dan dalam keadaan setengah telanjang di hadapanku yang bukan suaminya.

"Tadi, kenapa kamu lihatin tubuhku begitu, dek Anton?"

Aku pun terkejut mendengar pertanyaan seperti itu dari bu RT.

"I-itu.."

Aku tak bisa menjawabnya.

"Kamu sange ya lihatin tubuhku?"
"I-itu.."
"Kalau kamu pengen lihat, biar kutunjukkan.."

Bu RT pun akhirnya membuka lilitan handuknya dan merentangkannya dibelakang punggungnya hingga tubuh telanjangnya kini terpajang bebas di depan mataku. Tubuhnya terlihat cukup tambun, dadanya menggantung layaknya pepaya, dan perutnya agak berlipat. Namun fakta kalau itu adalah tubuh dari istri orang lain yang sengaja menunjukkan tubuh telanjangnya padaku yang bukan suaminya, membuat kontolku langsung ngaceng. Apalagi bulu bagian kemaluannya yang tampak begitu hitam dan lebat.

"Aku tak percaya, ternyata kamu beneran sange lihat tubuhku."

Bu RT menyadari kontolku yang berdiri tegak menekan celanaku.

"Kontolmu sampai sengaceng ini karena lihat tubuhku, kamu pasti kepengen banget ya."

Bu RT menghampiriku dan mulai mengelus kontolku dari luar celanaku. Handuknya sudah ia jatuhkan ke tanah. Kemudian ia berjongkok di depanku dan membuka celanaku. Kontolku pun terpampang di depan mukanya dan ia terlihat terkejut melihat betapa tegangnya kontolku saat ini. Bu RT terlihat girang melihat kontol yang berkedut di depan wajahnya itu.

"B-bu RT? Apa ini tidak apa-apa? Nanti gimana kalau sampai ada yang lihat?"
"Sssfff.. fffttt.."

Tapi bu RT tidak menjawabnya karena saat ini mulutnya sedang mengulum kontolku. Kepalanya maju mundur dengan cepat seakan ia sedang mencoba menikmati rasa kontolku layaknya sedang menikmati permen lolipop. Kulumannya benar-benar luar biasa, aku merasakan lidahnya menyisir setiap bagian kontolku dan kadang ia berhenti untuk menjilati bagian kepalanya.

Aku tak pernah membayangkan bu RT yang dulu menerimaku menjadi warga di sini ketika aku pindah kemari waktu dulu baru menikah, kini sedang nyepongin kontolku dengan ganasnya.

"Ffffttt... ssffftttt..."

Suara becek hisapan mulutnya terdengar jelas. Aku bisa melihat betapa bu RT menikmati kontolku disetiap hisapannya. Seolah ia sudah lama tak pernah merasakannya dan begitu kehausan akan rasa kontol di dalam mulutnya.

Kontolku semakin mengeras dan aku semakin mendekat ke klimaks. Dan tiba-tiba saja ia menghentikan hisapannya dan melepas kontolku dari mulutnya.

"Sayang banget kalau selesai dimulut.."
"H-hah? Maksud bu RT apa?"

Ia tiba-tiba berdiri dan kemudian mendorong tubuhku ke pintu. Ia menghimpit tubuhku dan mengangkat sebelah kakinya. Tangannya memandu kontolku yang sudah sangat tegang masuk ke dalam memeknya. Ujung kontolku pun masuk ke dalam memeknya, lalu ia menaruh kedua tanganku di pinggangnya.

Aku bisa mencium bau sabun mandi di tubuhnya, dan entah kenapa itu semakin membuatku bernafsu. Apalagi kurasakan tubuhnya yang licin dan dingin. Kontras dengan memeknya yang terasa hangat walau sama-sama basah.

"B-bu RT? Memangnya ini boleh?"
"Kenapa masih bertanya? Kalau sudah begini bukannya itu artinya aku juga kepengen dientot? Kalau begitu cepat genjot? Entot aku semaumu! Tubuh ini sekarang milikmu sepenuhnya. Ayo entot!"

Mendengar dia terus mengulangi kata entot itu, aku pun tanpa ragu lagi langsung menghujamkan kontolku ke dalam memeknya.

Bles!

Terasa begitu hangat dan empuk. Memeknya terasa begitu tembem dan basah. Aku jadi teringat dengan memeknya istri pak Tito, hanya saja yang ini lebih tembem lagi. Rasanya begitu lembut dan enak. Hingga aku tanpa sadar menggenjotkan pantatku mengentot memeknya yang tembem itu.

"Ah mantep banget bu RT. Memek bu RT empuk banget."
"Benarkah? Memekku masih terasa enak untukmu?"
"Tentu saja.. ah.. mana mungkin memek tembem begini gak enak."
"Lebih cepat, Anton. Lebih dalam lagi.. sshh.. kontolmu keras dan gede banget. Kontolmu lebih enak daripada suamiku."
"Baik bu RT. Bu RT juga goyang dong biar lebih nikmat."
"Ah Anton, kamu hebat banget.. ini lebih enak daripada yang kuduga."

Bu RT mulai menggoyang pinggulnya ketika aku mempercepat tusukanku. Tanganku kupindahkan dari pinggul ke pantatnya dan kuremas pantatnya yang super montok itu.

"Ach.. ach.. ach.. Anton, kontolmu nikmat banget.."
"Memek bu RT juga. Rasanya aku tidak tahan lagi.. ah.. aku pengen keluar.."
"Keluarin di dalam! Keluarin di dalam! Semprotkan semuanya ke dalam!"

Aku menarik dan menekan pantat bu RT ke selangkanganku sehingga kontolku menusuk semakin dalam, dan bersamaan dengan itu menyemprotlah spermaku dengan begitu deras di dalam memeknya. Memek yang begitu empuk dan basah itu kupenuhi dengan spermaku. Aku tak tahu apakah itu masuk ke rahimnya, karena aku tak begitu merasakan pintu rahimnya karena bagian dalamnya begitu empuk.

Aku mencabut kontolku dari dalam memeknya. Dan terlihat kontolku yang mulai melemas dan sangat basah oleh cairan memek bu RT.

Bu RT mengambil lagi handuk yang tergeletak di tanah dan memakaikannya lagi ke tubuhnya.

"Bu RT mau kemana?"
"Mau mandi wajib lah."
"O-oh, kalau begitu aku pamit dulu. Oleh-oleh nya aku taruh di sini. Sampaikan salamku untuk pak RT ya.."
"Kalau kamu sudah ngentotin aku?"
"K-kalau itu jangan lah!"
"Hahaha.. aku cuma bercanda kok!"
"Y-ya udah, aku pamit dulu ya. Aku juga mau mandi."
"Anton!"
"Y-ya, bu RT?"
"Kalau nanti kamu pengen ngentotin aku lagi, datang saja kesini jam segini ya. Soalnya jam segini biasanya suamiku tak ada di rumah."
"Eh, bu RT yakin?"
"Yakin lah! Memekku selalu siap menerima kontolmu, Anton."

Setelah itu aku benar-benar pamit dan pulang ke rumah. Aku masih tak percaya dengan hal yang baru saja kualami. Padahal aku baru saja pulang dari bulan madu dengan istriku. Sesampainya di rumah, aku melihat istriku berdiri di depan pintu sambil melotot kepadaku.

"Kenapa lama banget?"
"I-itu, tadi pak RT ngajak ngobrol dulu, makanya lama."
"Oohh.."

Aku menundukkan kepalaku dan melewatinyanya.

"Tunggu, kenapa tubuhmu bau sabun?"

Aku pun kaget di tanya begitu.